Jena Rahardian sontak saja memerah sekujur tubuh, kepala menggeleng cepat.
“Ti-tidak perlu, Steven. Aku sudah mengoleskan salepnya sewaktu di toilet tadi,” tolaknya sehalus mungkin, salah tingkah dengan tawaran suaminya yang hendak mengoleskan salep pada bagian pribadinya.
Walaupun mereka sudah berstatus suami istri, sejauh ini mereka belum pernah melakukan hal lebih selain daripada ciuman di depan Amalia Rasyid.
Apalagi sampai harus disentuh oleh Steven di bagian itu. Bagi Jena, hanya Zaflan Matsuyama yang boleh melakukannya sejauh ini. Tidak bisa jika orang itu bukanlah Zaflan. Lebih baik dia menderita menanggung sakit dan perihnya daripada harus disentuh oleh pria lain di bawah sana.
Melihat wajah kecewa dan sedih sang suami, Jena segera meralat kata-katanya tadi.
“Ma-maksudku, aku masih mal……
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.