Mata Zaflan memicing dingin penuh permusuhan begitu melihat sosok Roxane sedang mendorong Jena di kursi roda lain.
“Untuk apa datang ke sini lagi?” tanya Zaflan dingin kepada sosok super genit di depan pintu.
Roxane bagaikan mendapati de javu.
Sebuah pertanyaan yang serupa tapi tak sama dalam 1 hari. Luar biasa, bukan?
“Jangan bertengkar. Kalian bukan anak kecil lagi, kan?” tegur Jena malas dengan pembawaan lemah. Kemudian mencoba mendorong sendiri kursi rodanya ke arah ranjang pasien.
“Kau dari mana?” tanya Zaflan sejurus kemudian, menatapnya dingin penuh kekesalan di wajahnya. Kening bertaut jengkel.
Jena terlihat ogah-ogahan, lalu menjawab pelan nyaris berbisik, “pemeriksaan rutin. Makanya kemarin aku bilang untuk segera datang, bukan?”
“Heh! Pria selingkuhan sepertimu, seharusnya tidak usa……
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.