Jena tidak menoleh membalas lirikannya, tetap menatap lurus ke depan sambil tersenyum dengan tawa kecil dipaksakan, menjawabnya santai dan lirih, “kartunnya lucu. Sangat lucu. Aku sangat menyukainya.”
Zaflan tiba-tiba termenung menatapnya dalam diam, tidak berkedip. Di kedua bola matanya, wanita gilanya kembali tertawa dengan pembawaan santai dan sangat tenang.
Ketika tengah malam telah lewat beberapa menit, Jena Rahardian yang kini baju pasien merah mudanya terbuka membingkai bagian depan tubuhnya, sudah duduk di pangkuan Zaflan yang berada di atas ranjang pasien, bersandar di kepala tempat tidur.
“Aku memuji tekadmu yang masih mau melakuannya bersama wanita dengan perban konyol di kepalanya ini. Semoga tidak memberikanmu trauma setelahnya,” goda Jena, kedua tangan mengalun di leher sang ……
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.