TOK TOK TOK!
Ketukan keras pintu mengganggu tidur seseorang didalamnya, jam menunjukkan 15.35 Ela terbangun dari tidurnya karna ketukan Omanya membuatnya terganggu, Ela pun mengangkat badannya keatas untuk bangun dari kasurnya yang nyaman,dengan mata yang sayup-sayup membuatnya sedikit lunglai saat berjalan.
Ceklek
"Apaan sih,Om--"belum saja Ela menyelesaikan ucapannya, namun dirinya sudah terasa ada yang memeluknya frontal
"Ahh, baby Ela lama banget sih bukain pintunya!", seru gadis yang memeluk Ela, Ela yang memang belum siap untuk dipeluk tiba-tiba pun hampir terhuyung kebelakang
"Ish, apa sih Wid!" Kesal Ela dan langsung mendorong gadis yang memeluknya tadi, yaitu Widya.
"Ahh, gak asik lo mah" kesal Widya sambil mengerucutkan bibirnya
"Yaelah, sok imut lo"ucap Ela dan langsung menarik bibir Widya kasar membuat Widya meringis kesakitan
"Yee, tapi lu gemes juga ama gua,"
"Elo sih bikin gue gemes gue nya-kan pengen bunuh lo bawaannya,"
"Eh, monyet dimana mana kalo gemes itu makin Sayang, ini mah enggak malah pengen dibunuh gua nya, emangnya lo udah siap ditinggal gue,"
"Yee lucinta luna baperan amat, kalo masalah ngebunuh mah serius, soalnya gua pengen jual ginjal lo buat beli barang limited edition mumpung kantong gua kering" ucap Ela tersenyum Evil,membuat Widya bergidik ngeri.
"Tapi! Kalo masalah kehilangan sampai kapanpun Seorang Adela Victoria Alexander gak bakalan siap kehilangan Widya Ana Almovet pokoknya GAK BAKALAN SIAP!" teriak Ela tak sadar bahwa dirinya telah menyebut Nama lengkapnya! Bahkan Ela tersenyum dengan lebar, mungkin Ela tidak sadar mengatakan hal yang baru saja diucapkan
Widya pun tersenyum hambar, bahwa ia harus menerima kenyataan yang harus ia terima apa pun resiko nya, apapun yang harus dilakukan semuanya sudah menjadi garis takdir, Widya menatap kosong Ela yang terlihat lebih exited, ia tenggelam dengan bola mata hitam Ela sampai tak sadar bahwa Ela mengoceh sedari tadi
"Loh Wid malah bengong, lo denger gak gua lagi cerita!?"kesal Ela sambil melambai lambaikan tangan didepan wajah Widya
"Aah! gue denger kok. Emangnya apaan?"tanya Widya bingung
"Denger sih denger tapi nanya apaan ogeb amat sih kawan gua"
"Hehe,"kekeh Widya dan kembali diam membuat Ela gemas, Widya memang cuek tapi Widya bukanlah orang yang suka melamun seperti banyak pikiran ,Cukup sudah hanya Ela saja yang banyak pikiran.
"Yeuu, dibilangin jangan melamun ehh malah melamun, kesurupan lo"
Widya pun hanya melirik Ela dan tersenyum hambar untuk kesekian kali nya
"Emang elo ngelamunin apa sih lo punya cowo ya? Abis itu cowo lo itu b******k dan lo sakit hati mangkanya kepikiran dan malah bikin lo ngelamun mulu, iya kan noh kan lo diem lagi,!"
"JADI COWO NYA SIAPA! HUH BILANG AMA GUA BIAR GUA GOROK SEKALIAN!"teriak Ela, membuat Widya harus menutup kuping nya
"Aduh! La gausah teriak-teriak kali lo mau bikin gue setruk huh? Lagi pula gua itu gak ada cowo apa lagi yang namanya gua galauin cowo duh mustahil banget,"
"Ooh, bukan cowo terus siapa dong?"tanya Ela polos, membuat Widya terkekeh melihat ekspresi sahabatnya ini
"Laa.."ucap Widya lembut sambil menggenggam kedua tangan Ela dan menatap dalam mata hitam pekat Ela seakan Widya dapat menembus masuk kedalam.
"Elo percaya gak sama yang namanya Indah Pada Waktu nya?"
"Hm, mungkin"
"Gue gak butuh jawaban mungkin lo karna gue butuh jawaban dari hati lo, bukan logika"
Ela diam dia tak berani melakukan apa-apa karna sejujurnya saja Ela juga bimbang karna Ela masih menunggu yang namanya Indah Pada Waktunya!
Kediaman Ela membuat Widya tersenyum seolah Widya dapat membaca pikiran Ela
"Kalo lo masih nunggu hal itu tunggu lah, karna sejujurnya gak semua hal yang kita pingin bisa langsung terkabul!
Kejar lah hal yang buat lo senang, dan tinggalkan apa yang buat lo sedih, jangan pernah takut untuk melangkah jika pun lo harus sendiri berjalan dilorong yang gelap lo harus lakuin itu jangan takut elo kehilangan arah karna sejujurnya akan ada seseorang yang nunggu lo di titik cahaya, cahaya kebahagian"
"Iya tenang aja lagi pula gue gak jalan sendirian kok, kan ada tangan yang bakalan bisa gue genggam"
"Siapa?"tanya Widya sambil tersenyum jahil,
"Elo!"tunjuk Ela ke arah Widya, dan saat itu juga Widya rasanya ingin menjerit dan Mengatakan bahwa dunia ini benar-benar kejam,
Helaan nafas keluar dari mulut Widya, kemudian Widya mencoba menguatkan dirinya kembali
"La kalo gue tantang elo jalan nya sendirian dan tanpa gue apa lo bisa?"
Pada saat itu Ela tidak tau bahwa jawabannya berhasil membuat takdir menjadi lebih buruk
"Yaah bisa lah!" seru Ela lalu memukul Widya dengan bantal dikasurnya, karna Widya tidak terima ia pun membalas dan terjadilah Aksi tawuran bantal
"Ela! Widya!"teriak Seseorang yang sepertinya Oma Ela membuat, Ela dan Widya menghentikan permusuhan pukul bantalnya
"Iya Oma!"teriak mereka berdua
"Kesini sebentar!"
Setelah mendengar perintah Oma nya Ela dan Widya langsung melemparkan bantalnya kesembarang arah
"Siapa cepat dia menang!"baru saja Ela ingin mengicir keluar namun cekalan Widya membuatnya harus mengurungkan niatnya
"Inget kata gue!"perintah Widya yang langsung di angguki malas Ela
"Jangan pernah bergantung hanya dengan satu orang karna suatu saat nanti orang itu akan pergi, dan akan digantikan dengan orang yg baru dan..,"
"Jangan pernah menangisi orang yang sudah pergi karna suatu saat yang pergi akan datang kembali entah itu dia yang datang atau kita yang menyusul nya, jadi satu hal yang harus lo inget. Didunia ini tidak ada yang abadi!", setelah berkata seperti itu Widya pun langsung ngicir keluar kamar, dan disusuli Ela yang menggerutu karna merasa dicurangi oleh Widya.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.