Setelah berbincang dan mengisi perut masing-masing Ela, Axsa, Dina dan Rara kembali ke ruang inap Ela. Disela-sela perjalanan menuju Ruang inap mereka mengobrol seadanya dan sedikit tertawa jika salah satu dari mereka mencoba mengeluarkan lelucon. Sampai akhirnya mereka sampai didepan pintu Ruang inap Ela, Rara yang memang berjalan duluan dia pun membuka pintu ruang inap Ela. Namun baru saja Rara membuka pintu dan ingin masuk ke ruang inap itu, sontak Rara kembali menutup pintu itu mencoba untuk tidak ada yang boleh masuk. Axsa yang melihat gelagat Rara pun mengernyitkan dahinya. Sedangkan Dina dan Ela mereka masih gak sadar karna saling berbicara
"Kok berenti?" Tanya Ela sadar karna tiba-tiba semuanya menjadi diam. Begitu pula dengan Axsa dan Dina yang ikut bingung
"Yauda, masuk apa sih Ra buka pintunya" baru saja Ela ingin melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba pintu itu terbuka menampilkan sosok wanita cantik tapi angkuh yang menatap sengit Ela. Membuat gadis yang ditatapnya menunjukkan wajah bingung dengan alis yang dinaikan sebelah
"Ada apa?" Tanya Ela datar sedangkan yang lain sedikit bergidik melihat mama dan anak itu termasuk Axsa
"Kamu harus ganti semua pembayaran ini!" Tegas Valen yang tak lain mama dari Ela
"Ck, saya akan menggantinya tenanglah lagi pula kalian tidak akan jatuh miskin hanya karna membiayai rumah sakit saya, nyonya Alexander" ucap Ela yang sedikit menekankan nama keluarganya kepada Valen
"Hhh..miris sekali saya pikir kau akan mati karna kecelakaan itu, dan saya pikir biaya rumah sakit ini terakhir untuk kamu, tapi ternyata benar seorang penjahat seperti kamu akan tetap hidup, jadi apa lagi yang akan kamu rencanakan pembunuh"
Ela menatap Valen dengan wajah yang tidak bisa diartikan. d**a nya benar-benar sesak mendengar ucapan dari mamah nya itu, sekuat tenaga Ela menahan air matanya untuk tidak jatuh, mencoba untuk menulikan telinganya
"Maaf nyonya apakah tidak ada urusan lagi kepada saya?, karna sekarang waktu nya seorang pembunuh untuk istirahat dan tidur, dan bisakah anda pergi dari ruangan saya" sudah cukup sudah Ela benar-benar sudah lelah dengan drama ini dan sekarang waktunya dia untuk mengakui semua, percuma sepanjang apapun dia menjelaskan sekuat apapun dia mengelak tidak akan ada yang percaya
Sontak kata-kata Ela yang mengatakan bahwa dirinya pembunuh sangat mengagetkan semuanya termasuk Valen sendiri tapi sepersekian detik Valen memberika senyuman sinisnya kepada Ela
"Yahh.. selamat tidur gadis pembunuh.." setelah mengucapkan kata itu Valen pergi dari hadapan mereka semua
"Ayo. Masuk" ucap Ela dingin yang langsung diikuti oleh Axsa, Dina dan Rara
Setelah masuk Ela dibantu Axsa untuk kembali ke bankar nya. Sedangkan Rara entah dia kemana karna sepertinya dia masih diluar dan menghubungi seseorang. Dina gadis itu masih syok tak disangka mamah Ela sangat menyudutkan Ela atas kematian kakanya. Jujur Dina dan Rara tidak tau bahwa Valen sejahat itu karna mereka memang kenal saat dibangku SMA lain dengan Widya. Si gadis yang ikut menyaksikan kematian Alen di tempat itu
Di lain sisi seorang gadis yang berbeda mengepalkan tangannya mencoba menahan emosi yang meletup-letup di dirinya
"Gue bener-bener gak nyangka bahwa wanita itu tidak mendengarkan perkataan gue,"
"......"
"Gue minta lo buat terus jaga Ela tanpa harus membela karna disini gue punya sebuah dokumen yang bisa menunjukan hasil orang yang telah membunuh Alen, dan gue yakin itu bukan Ela" setelah mengatakan itu Gadis itu mematikan Telefonnya
"Hallo nyonya Widya, bagaimana?" Tanya seseorang yang menghapiri Widya gadis yang sama saat menelpon seseorang mata-matanya tadi
"Stop bersikap manis Gab, lo seorang pengkhianat"
"Wahh santai..kita bisa berkerja sama gue yakin lo ngelakuin ini gak sepenuhnya buat bokap lo tapi karna Adel iyakan"
"Hahaha, kenapa tiba-tiba seorang Gabriel membicarakan Adel udah ya stop buat nyakitin Adel lo udah cukup ninggalin dia jadi gak usah membicarakannya lagi gue muak ama lo Gab!"
Disaat Widya dan Gabriel kakak dari Ela itu sedang membicarakan Adel yang tak lain adalah Ela tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan itu dengan kasar. Membuat dua orang itu kaget dan melihat ke-arah orang itu bingung
"Maaf tuan, tapi ini kacau!" Ucap seseorang yang diketahui Widya adalah asisten Gabriel
"Ada apa?"
"Kita harus segera pergi dari sini,"
"Why?!" Sontak Widya dan Gabriel bangun dari duduknya dengan wajah kagetnya
"Nyonya Valen melacak anda, dan mereka menemukan keberadaan tuan Gabriel,"
"B*NGSAT!" sontak Widya menatap kaget ke arah Gabriel sejak kapan lelaki ini berubah menjadi kasar, karna setaunya Gabriel yang dulu adalah seorang laki-laki yang sangat lembut
"Tapi kenapa Valen ngelacak lo?" Bingung Widya
"Karna dia tau gue punya rencana buat ngebuktiin bahwa Adel bukan pembunuhnya"
"Hah! Jadi selama ini elo?"
"Ya, gue sama kayak lo wid sama-sama ingin membuktikan bahwa Adel gak salah, PUAS?!"
"Tapi kenapa lo harus ngancurin perusahaan ayah gue Gab?!" Tegas Widya tidak menyangka
"Tutup semua Akses dan segera atur penerbangan saya, sementara itu waktu saya akan meninggalkan london selama 24 jam" perintah Gabriel ke asisten nya sedangkan Widya menatap laki itu dengan pandangan kecewa
"Gue memang harus ngancurin bokap lo wid," jawab Gabriel dingin
"Maksud lo? Kenapa kasih gw alesan!"
"Karna kunci dari semua ini ada di bokap lo" ucap Gabriel tenang dan pergi dari ruangan Widya
"Ayah?" Tanpa sadar Widya jatuh dan mendekap lututnya entah dia benar-benar tidak kuat untuk mengetahui fakta selanjutnya
"Im sorry princess" desis Gabriel menatap Gadis yang pernah dia tolak cintanya dulu, dan sekarang dia menyesal
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.