“Sudah! Cepat pergi sana! Jangan menunda waktu terus!” omel Casilda yang sibuk mendorong suaminya keluar dari kamar.
“Kamu senang, kan, kalau aku tidak bersamamu selama 2 hari nanti?” balas Arkan tidak senang, cemberut menoleh ke arah sang istri yang sibuk mendorongnya keluar pintu.
“Jangan main-main terus! Kalau tidak berangkat sekarang, Garvin pasti akan masuk ke mansion dan mendapati situasi aneh kita berdua! Dia belum tahu kalau kita tinggal bersama, kan? Apalagi menjadi pasangan suami istri! Kamu mau bikin skandal baru?”
Arkan berbalik dengan wajah ceria dan nakal miliknya, meraih pinggang Casilda dan memeluknya mesra, dengan jahilnya berkata manja sambil tersenyum-senyum nakal, “kamu tidak mau mencobanya?”
“A-apa?! Kamu lepas dulu! Jangan peluk-peluk begini! Dasar pria kurang kerjaan!” maki Casilda dalam bisikan kecilnya, takut kelepasan bicara dan membuat Garvin di bawah mendengar suara kerasnya.
Arkan menundukkan wajahnya, tersenyum menggoda yang sangat nakal. “Bagaimana kalau sesekali kamu terjerat skandal denganku? Bukankah akan sangat seru?”
Ketika Arkan hendak menciumnya, Casilda langsung menginjak keras kakinya.
“ARGH! Kamu gila?! Kenapa menginjak kakiku lagi?!”
“Kamu yang gila! Kalau bicara pakai otak sedikit! Kamu ingin menyiksaku jika sampai masuk ke berita gosip bersamamu? Kamu ingin aku dipukuli sampai mati oleh para penggemarmu, ya? Sudah bosan balas dendam secara langsung, makanya ingin menggunakan penggemar garis kerasmu?”
Arkan termenung kaget menyadari ucapannya barusan.
Sebenarnya, dia tidak kepikiran sampai ke situ. Saking bahagianya saat ini, dia hanya ingin mengumumkan ke seluruh dunia kalau Casilda adalah miliknya. Tapi, begitu sadar melihat mata penuh amarah dan kebencian wanita dalam pelukannya ini, wajahnya langsung cemberut.
“Siapa juga yang ingin terlibat skandal dengan wanita jelek dan gendut sepertimu? Yang ada, reputasiku bisa turun.”
“Baguslah! Kamu jangan macam-macam lagi dengan otak tidak jelasmu itu! Cepat sana turun! Jangan lama-lama di sini!”
Arkan sangat kesal, hatinya berpuntir tidak nyaman melihat Casilda sepertinya tidak mau orang lain tahu hubungan rahasia mereka. Karena tidak ingin memperpanjang topik itu, dia segera mencium cepat bibir sang istri.
“Jangan nakal di belakangku. Kalau aku sampai tahu kamu melakukan hal yang tidak aku sukai, lihat bagaimana aku akan membuatmu menyesal seumur hidup,” ancam Arkan seperti biasa, tapi sepertinya sudah tidak mempan lagi karena wanita di depannya hanya memajukan mulutnya sebal.
“Kamu pikir aku bercanda?” lanjut Arkan marah, nadi di pelipisnya berdenyut-denyut hebat.
“Iya! Iya! Baiklah, Arkan Quinn Ezra Yamazaki! Kamu sekarang boleh pergi, dan aku akan menjadi istri yang penurut. Tidak akan selingkuh seperti seseorang yang sok setia selama ini, tapi aslinya sangat iblis tidak tahu malu.”
Mata sang suami mendatar malas, sebelah keningnya bergerak-gerak kesal.
“Kamu sedang menyindir siapa?”
Casilda buru-buru menggelengkan kepalanya dengan wajah polos. “Tidak. Aku tidak sedang menyindir siapa pun, kok!”
“Kamu!” seru Arkan kesal, dan ucapannya tertahan di tenggorokan. Bibirnya merapat erat seiring rahangnya mengeras.
Arkan tidak bodoh memahami apa maksudnya. Dia pasti menyinggung masalah Jenny. Tapi, bukankah ini pertanda bagus? Itu artinya Casilda memikirkannya, bukan? Apakah dia sangat pencemburu, tapi tipe wanita yang suka memendamnya sendirian? Haruskah dia menggodanya lagi?
Ide nakal dan jahat Arkan untuk membuat Casilda marah dan cemburu tiba-tiba saja muncul lagi di otaknya. Jika berselingkuh membuat Casilda bisa meluapkan isi hatinya yang sebenarnya, mungkin itu bukan metode yang begitu buruk.
Namun, ketika dia teringat reaksi kecewa Casilda di gudang parkiran itu, hatinya lagi-lagi langsung tenggelam dingin. Napasnya terdengar berat layaknya orang tua yang baru saja menghadapi masalah rumit.
“Kenapa menghela napas berat begitu?” tanya Casilda heran, tapi tidak dibalas olehnya, melainkan segera mendapat ciuman gaya Prancis yang sangat manis dan membuat hatinya meleleh.
Arkan memeluk pinggang Casilda super erat dan posesif, memainkan lidahnya dengan lidah sang istri dengan mata terpejam erat penuh rasa cinta dan kerinduan.
Dia memang membenci Casilda karena telah membuatnya ‘rusak’ gara-gara patah hati di masa lalu. Tapi, saat ini, berada di depannya dan memeluknya penuh kehangatan, seolah-olah semua masa lalu yang penuh derita dan air mata itu bagaikan mimpi buruk yang tidak pernah terjadi.
“Aku mencintaimu, Casilda...” gumam Arkan dengan nada melodis yang lembut dan sangat magnetis, setengah serak dan rendah di antara ciuman panasnya yang memabukkan akal sehat.
Wajah Casilda memerah sayu yang lembut, membalas pelukannya lebih erat, dan hanya bergumam ‘um’ dengan ucapan cinta dari Arkan.
Cecapan ciuman gaya Prancis itu masih terus terdengar selama beberapa saat. Sesekali keduanya saling tatap tanpa kata-kata, terus saling memagut bibir penuh kegairahan dan candu yang berbahaya satu sama lain.
“Cukup. Kalau begini terus, kamu bisa-bisa terlambat berangkat ke Bandung,” bujuk Casilda pelan, menarik bibirnya yang sedang digigit mesra dan posesif oleh sang suami.
Arkan tidak membalasnya, sekali lagi menciumnya cepat dan agresif.
“Tunggu aku pulang. Kita akan melanjutkannya nanti.”
Casilda mengangguk malu-malu, wajahnya merona hebat.
Entah bagaimana hubungan mereka saat ini. Apakah bisa disebut sebagai pasangan suami istri yang sudah mulai perlahan menuju normal? Ataukah hanya euforia sesaat oleh kegiatan romantis mereka berdua yang terbakar oleh nafsu dan rasa ingin tahu?
Casilda tidak bisa mempercayai Arkan mengenai rumah tangga yang harmonis dan rukun. Pernikahan mereka adalah pernikahan rahasia, yang dasarnya hanyalah niat balas dendam sejak awal.
Selain itu, bagaimana Arkan akan memutuskan hubungannya dengan Lisa? Itu mustahil, bukan? Pria mana yang waras memilih wanita gendut dan biasa ketimbang wanita super cantik seperti Lisa sang supermodel?
Arkan adalah playboy nasional yang sudah bermain dengan banyak wanita cantik. Di mana logikanya kalau sampai benar-benar jatuh cinta kepada Casilda, lalu melepaskan banyak hal-hal bagus di depan matanya? Dia tidak mungkin sebodoh itu.
“Jangan main-main terus. Cepat sana berangkat,” bujuk Casilda dengan suara rendah setengah serak, mendorongnya menjauh yang sepertinya masih mau menempel kepadanya.
“Aku akan menghubungimu begitu tiba di Bandung. Ponsel harus selalu aktif. Ok?”
“Hari ini, apa aku boleh keluar sebentar?”
“Apa? Bukankah baru besok kamu akan keluar? Diberi hati, malah minta jantung!” omel Arkan yang mulai tampak marah, sangat tidak setuju.
Casilda cemberut, menciut di depannya, mulut dimajukan sebal. “Aku hanya mencobanya. Apa salahnya, sih? Lagi pula, aku mau apa di sini seharian? Aku sangat bosan!”
Melihat tingkah menggemaskan Casilda, jantung Arkan berdetak gila tidak karuan. Kalau tidak segera pergi dari hadapannya, maka apa yang dikatakan oleh sang istri mungkin benar-benar akan terjadi. Mungkin saja dia akan membuat Renata marah karena terlambat sehari tiba di Bandung.
“Siapa bilang kamu tidak ada kegiatan di sini, hah? Kamu tidak akan bosan!”
Arkan tiba-tiba menariknya masuk ke kamar, memaksanya duduk di sofa persegi tanpa sandaran, kemudian menyalakan TV besar untuk sang istri.
“Kalau kamu merasa begitu bosan, sekarang aku punya tugas baru untukmu sebagai managerku,” jelas Arkan dengan nada tidak sabaran, meliriknya sekilas dengan tatapan galak, kemudian membuka lemari kecil di bawah TV. Beberapa kaset DVD dikeluarkan dari sana dan ditunjukkan di hadapan Casilda.
“Tonton semua film ini, dan tulis setiap reviewnya dengan jelas dan lugas. Aku akan menilainya sepulang dari Bandung nanti.”
“A-apa ini?” tanya Casilda dengan wajah terbodoh lugu, meraih beberapa kaset yang disodorkan kepadanya.
“Ini adalah beberapa film layar lebar yang aku bintangi. Kamu tidak tahu suami sendiri sudah membintangi film apa saja? Apa kamu benar-benar adalah istriku?” protes Arkan jengkel, tidak terima Casilda tidak tahu seperti apa suaminya sendiri.
Casilda mendongak kesal, sebelah pipi dikembungkan penuh protes.
“Mana aku tahu kamu sudah main film apa saja? Bukankah kamu selama ini hanya suka mengomeliku tidak jelas? Aku hanya sempat mencari sedikit informasi tentang dirimu. Kamu pikir aku punya waktu mencari tahu apa saja yang kamu mainkan selama ini, sementara kamu sibuk ingin balas dendam kepadaku dengan hutang setinggi langit? Aku sudah bilang sejak awal kalau aku bukan wanita yang punya waktu luang untuk dihabiskan di depan TV! Juga tidak punya uang untuk dibuang-buang percuma ke bioskop!”
Arkan terdiam muram, cemberut mengingat ucapan istrinya beberapa bulan lalu ketika kali pertama bertemu. Dia benar-benar tipe manusia yang jarang menonton TV sampai-sampai tidak mengenalinya kala itu. Padahal seluruh negeri, bahkan beberapa negara besar mengenalinya sebagai superstar internasional yang dipuja dan dielu-elukan.
Kenapa ada wanita menyebalkan seperti Casilda? Sialnya, dia malah suka lagi kepadanya! Cih!
Arkan merasa dirinya mungkin sudah terkena kutukan cinta, dan hanya bisa menempel terus kepadanya. Anehnya, dia malah tidak keberatan sama sekali.
“Apa itu artinya kamu jarang pergi ke bioskop? Kapan terakhir kali kamu pergi menonton?”
Nada suara Arkan terdengar sedikit antusias.
“Kenapa memangnya?” tanya Casilda sedikit kesal, merasa Arkan ingin menghinanya lagi setelah insiden masalah paspor dan ke luar negeri.
Tiba-tiba tanpa peringatan, Arkan berjongkok di depan Casilda, tersenyum lembut dan hangat dengan sorot mata jahilnya.
“Setelah aku pikir-pikir, kita belum pernah berkencan secara resmi, kan?”
“Hah? Lalu, apa namanya kegiatan ke mall dulu sampai memborong banyak barang?”
Arkan memalingkan wajahnya kesal, sedikit cemberut teringat bertemu Lisa yang menghancurkan acara romantis mereka di tengah jalan.
“Itu bukan kencan. Aku tidak mengakuinya. Kita hanya pergi membeli ikat pinggang dan beberapa pakaian untukmu. Bagaimana bisa disebut sebagai kencan? Anggap saja saat itu sebagai bonus dariku karena kamu sudah bersikap baik.”
Dipikir-pikir lagi, apa yang dikatakan oleh Arkan memang benar. Kalau dilihat dari status mereka berdua saat ini bersama Lisa, hari itu bisa dibilang adalah hari perselingkuhan Casilda.
Apakah masih bisa disebut sebagai perselingkuhan sementara Casilda sendiri adalah istri sah dari Arkan? Ini benar-benar rumit. Dia adalah pasangan sahnya, tapi di saat yang sama malah seperti kekasih gelap Arkan.
Melihat Casilda murung dan seperti bisa membaca pikirannya, Arkan menciumnya sekali lagi hingga membuatnya terkejut hebat.
“Sudah diputuskan, kita akan berkencan setelah aku menyelesaikan pemotretan di Bandung. Mulai sekarang, kamu boleh memikirkan mau melakukan apa selama kencan kita nanti. Makan malam romantis, menonton bioskop, ke pantai, atau yang lainnya juga boleh.”
“Ta-tapi, bagaimana kamu bisa melakukannya? Tidak takut tertangkap paparazzi? Sejauh ini, hubungan kita yang rumit sudah terbilang sangat luar biasa tidak ketahuan oleh siapa pun, kan? Kamu serius nekat mengambil risiko seperti itu? Sekali dua kali masih aku pahami, tapi terlalu sering bertemu di luar, bukankah tidak bagus?”
Casilda mengatakannya dengan sangat serius, tapi Arkan hanya tersenyum manis.
“Kenapa raut wajahmu begitu?” tanya Casilda lagi, kening berkerut kesal.
“Sebenarnya, hubungan kita berdua sudah terendus oleh salah satu paparazzi yang selalu mengikutiku. Tapi, kamu tenang saja. Aku sudah menyuapnya. Dalam hal ini, sebagian dari mereka lebih mementingkan uang daripada promosi dan ketenaran.”
“A-apa?! Kamu tidak bercanda, kan?!” pekik Casilda kaget, linglung mendengar berita mengejutkan itu.
Bagaimana bisa mereka sampai ketahuan?
Casilda memang merasa sangat aneh jika sejauh ini belum ada yang mengetahui hubungan mereka berdua. Mau seperti apa pun mereka berhati-hati, pasti akan ketahuan juga. Tapi, dia sama sekali tidak menyangka akan secepat ini.
Melihat istrinya yang panik, Arkan terkekeh kecil seraya mengelus puncak kepalanya.
“Kenapa? Kamu takut? Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu.”
“Bukan itu masalahnya sekarang! Bagaimana kalau Lisa sampai tahu hal ini? Arkan, ayo bercerai saja, ya! Kamu masih bisa menyiksaku dengan hutang yang belum lunas itu, kan? Lagi pula, sejak awal, pernikahan kita berdua memang tidak masuk akal! Ayo, berpisah saja! Kita hidup masing-masing seperti dulu! Jika ingin menghukumku, kamu bisa melakukannya sesuka hati seperti sebelum kita menikah! Apa bedanya dengan dulu dan sekarang?!”
Wajah Arkan memuram kelam. Sangat dingin dan jelek. Suhu ruangan tiba-tiba turun beberapa derajat, membuat lawan bicaranya tertegun kaget menyadari kalau dia sepertinya baru saja salah bicara.
Apakah pernikahan mereka berdua begitu murah di mata Casilda sampai dia selalu dengan mudahnya mengungkit soal perceraian?!
Selain itu, Alexander Zain Armaga jelas-jelas memberinya ancaman yang tidak bisa dilupakannya begitu saja. Arkan tidak tahu kapan pria itu akan beraksi dan merebut istrinya. Dia bisa merasakan kalau pria sialan itu tidak hanya sekedar main-main dengan ucapannya yang ingin menunggu rumah tangganya hancur berantakan.
“Casilda, kamu tahu kesalahanmu sekarang apa?” desis Arkan dingin, menyipitkan mata tajam penuh kemarahan.
“A-aku... aku...”
Casilda tergagap serba salah, tidak tahu bagaimana harus membujuknya.
“Apakah aku harus benar-benar membuat kontrak baru denganmu agar tidak membahas perceraian terus?” balas Arkan dengan helaan napas berat, berlutut di depan Casilda, menatapnya lembut dan hangat.
Casilda terkejut melihat perubahannya.
“Dengar, kita tidak akan pernah berpisah apa pun alasannya. Kamu akan menjadi istriku selamanya. Paham?” lanjut Arkan lebih lembut, mengusap sebelah sisi kepala Casilda, lalu mencium bibirnya dengan mata terpejam erat.
“Arkan...” keluh Casilda dengan suara lirih, menahan pakaian sang suami yang sudah berdiri dari lantai.
“Jangan cemaskan masalah Lisa. Aku akan mengurusnya,” ujar Arkan dingin dan datar, raut wajahnya bahkan lebih dingin daripada suaranya.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.