Suara musik keras mengusik indera pendengaran Sarah. Ia mengerutkan keningnya, merasa terganggu dengan kebisingan tersebut. Sarah menggeliat dan merapatkan selimut ke tubuhnya, berusaha menghangatkan tubuhnya.
Namun dasar kepalang sudah terlanjur bangun, Sarah sudah tak dapat kembali ke dunia mimpi. Ia pun membuka matanya perlahan dan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya saat melihat wajah Dio yang berada dekat sekali di depannya.
Sarah otomatis langsung mundur dan kepalanya membentur sofa. Tidak sakit, tetapi membuatnya sadar 100 persen.
"Ugh..." erang Sarah. Ia pun bangkit dan duduk di sofa.
Sementara Dio hanya tertawa melihat tingkah Sarah.
Sarah melengos, dan hal itu justru memperkencang tawa Dio. Lambat laun, Sarah pun ikut tertawa dengan kekasihnya itu.
Setelah tawa mereka reda, Sarah merapikan posisi duduknya dan bertanya, "Jam berapa sekarang?"
"Jam 6 pagi."
Mata Sarah membesar saat mendengar jawaban Dio. Rupanya, ia tertidur sepanjang malam.
Sarah mengalihkan pandangannya ke plastik makan yang ia bawa semalam. Masih rapi seperti semalam.
"Kau tidak membukanya? Isinya rawon kesukaanmu." sahut Sarah, jarinya menunjuk kantong plastik di meja.
Dio mengangguk-angguk semangat. "Sudah kumakan. Enak sekali. Terima kasih, ya." jawab Dio dengan senyum lebar di wajahnya.
Mungkin senyum Dio itu menular karena Sarah pun ikut tersenyum melihatnya.
"Tidak masalah." balas Sarah. "Aku pulang dulu, ya. Jangan lupa untuk mengabariku, meski hanya saat jam makan. Aku tidak suka harus merasa khawatir memikirkan apa kau sudah makan atau belum." sambung Sarah diakhiri dengan uneg-uneg.
Tangan kanan Dio, yang tadinya tersimpan di saku jaketnya, kini meraih tangan kiri Sarah dan menggenggamnya erat.
"Maaf... dan aku tidak bisa berjanji aku akan mengabarimu tepat waktu, tetapi akan kuusahakan." jawab Dio.
Sarah menghela napas. Dio pun ikut menghela napas setelahnya.
Tindakan Dio itu memancing reaksi Sarah. "Kenapa kau ikut menghela napas?"
"Aku ikut sedih melihat kau sedih."
Jawaban Dio itu membuat Sarah tergelak.
"Apa-apaan itu! Dasar!" seru Sarah masih tertawa seraya bangkit dan mengusap-usap rambut Dio.
Dio tersenyum lebar.
"Aku menyerah kalau kau sudah seperti ini." seru Sarah mengakui kelucuan kekasihnya
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.