singa podium betawi
Share:

singa podium betawi

READING AGE 12+

Aji Setiawan1978 others

0 read

Habib Novel bin Salim bin Ahmad Jindan                Singa Podium Betawi  Ceramah di Banyak Tempat                                      Jakarta-Pada tahun 1970-1990 -an, di ibukota Jakarta nama Habib Novel bin Salim Jindan adalah muballig ternsma ibukota. Ceramahnya terdengar lantang dan berapi-api.Tampil selalu dengan pakaian dan gamis perlente.Ceramahnya tanh sarat dengan muatan kalam salaf, padat dan berisi membuat jamaah betah dan tak bosan untuk mendengarnya.                        Habib Novel Sabtu pagi, 2 Rabits Tsani 1361 H / 18 April 1942 M di Bidara Cina Otista Jati Negara.                                       Ibu Habib  Novel adalah Syarifah Aisyah binti Al Habib Usman bin Abdullah Syatho. Al Habib Usman adalah salah seorang ulama dari Makkah yang datang ke Sulawesi untuk berdakwah dan kemudian menikahi salah seorang wanita berdarah biru dari Bugis hingga lahir dari perkawinan tsb Syarifah Aisyah binti Al Habib Usman Syatho.

Al Walid Al Habib Novel sangat bakti kepada ibunya. Yang saya ketahui dari beliau adalah kepatuhannya kepada ibunya. Tidak pernah berucap kata “Tidak” kepada ibunya. Hingga wafat sang ibu pada tahun 1990 atau 1991. Sebagaimana bakti beliau yang sangat luar biasa kepada sang ayah, Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. al Habib Salim yang senantiasa mendidik beliau. Al Walid Al Habib Novel selalu mendampingi sang ayah.                               Sekitar tahun 1967  berangkat ke Makkah, dan tinggal di sana selama kurang lebih 2 tahun. Menimba ilmu dari para ulama yang ada di sana, diantaranya As Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki. Al Walid sangat disayang oleh As Sayyid Alwi hingga dipersaudarakan dengan putranya Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al Maliki. Sebagaimana juga menimba ilmu dan dekat dengan As Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Asy Syeikh Hasan Masysyaath dan para ulama ulama Al Haramain yang Saat itu berada di sana.

al Habib Salim berniat untuk pindah ke Makkah bersama seluruh keluarga besarnya, sehingga Al Walid menunggu kedatangan beliau dan mempersiapkan segalanya, namun karena beberapa hal hingga kepindahan Al Habib Salim tidak terwujud dan batal. Ketika Al Walid mendapat kabar bahwa kepindahan ayahnya batal, maka habib Novel bergegas untuk pulang ke indonesia karena khawatir akan keadaan ayahnya.                    Setibanya di Indonesia sang ayah sangat gembira dan bahagia. Al Walid pernah bercerita  bahwa pernah bersama dakwah dengan Al Habib Salim sang ayah. Terkadang dalam suatu acara, sohibul bait mengundang Al Habib Salim dan Al Walid agar keduanya berceramah.  Dan di waktu yang sama ditempat lainpun mengundang keduanya, sehingga Al Habib Salim mengatakan kepada Al Walid, engkau sekarang ke acara yang di sana sedangkan aku di acara yang di sini, setelah engkau selesai maka bergegas untuk hadir di acara yang di sini sedangkan aku akan beranjak ke acara yang di sana.

Habib Abdul Qodir bin Muhammad Al Haddad Al Hawi bercerita bahwa pernah dalam acara maulid Al Walid Al Habib Novel diminta berceramah di hadapan ayahnya Al Habib Salim dan saat itu hadir pula para habaib dan ulama lainnya. Setelah berceramah, sang ayah Al Habib Salim berdiri dan mengatakan dengan bangga, “wahai Hadirin, beginilah para Habaib dan keluarga Rasulullah SAW, mereka bagaikan pohon pisang, tidak mati induknya melainkan setelah tumbuh sempurna anaknya”.

Hingga suatu hari dalam sebuah kesempatan Al Habib Salim melepaskan Imamah yang beliau pakai dan beliau letakkan dan pakaikan Habib Novel bin Salim bin Jindan.

Habib Salim bin Ahmad bin Jindan Wafat pada Malam senin tahun 1969. Dan meninggalkan putra putri yang solih dan solihah yang bertaqwa kepada Allah.         Dan tidak lama kemudian Habib Novel menikah dengan Habib Muhammad bin Ali bin Abdurahman Al Habsyi.

Habib Novel juga berguru kepada Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, Al Habib Ali bin Husain Al Attas, Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Haddad Al Hawi, dan senantiasa mendampingi mertua dan berguru kepadanya Habib Muhammad bin Ali bin Abdurahman Al Habsyi Kwitang, dan  juga berguru dari para ulama lainnya. Bahkan hampir sebagian besar guru-guru Habib Salim bin Ahmad bin Jindan adalah guru Habib Novel. Sebab Al Habib Salim setiap kali meminta Ijazah dari para gurunya selalu memintanya juga untuk anak dan keturunannya.

Seluruh hidupnya hanya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, hanya untuk berdakwah dan berjuang di jalan Allah hingga akhir hayat beliau.

Dorongan beliau kepada putra putrinya untuk menempuh jalan agama, dakwah di jalan Allah. Hingga Habib Novel kirim semua anak-anaknya untuk menimba ilmu. Dan setiap anak dari mereka saat berangkat,selalu berpesan kepadanya dengan apa yang di katakan oleh ibunda Asy Syeikh Abdul Qodir Al Jailani saat berpisah dan melepas anaknya menimba ilmu, "Wahai anakku, belajarlah bersungguh-sungguh dan jangan pernah berfikir kembali dan berjumpa, sebab aku akan menunggumu di depan telaga Rasulullah SAW di hari kiamat".                       
Almarhum dikenal sebagai mu

Unfold

Tags: spiritual
Latest Updated
singa podium betawi

Habib Novel bin Salim bin Ahmad Jindan                Singa Podium Betawi  Ceramah di Banyak Tempat                                      Jakarta-Pada tahun 1970-1990 -an, di ibukota Jakarta nama Habib Novel bin Salim Jindan adalah muballig ternsma ibukota. Ceramahnya terdengar lantang dan berapi-api.Tampil selalu dengan pakaian dan gamis perlent……

Comment

    Navigate with selected cookies

    Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

    If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.