Takdirmu Adalah Dendamku
Share:

Takdirmu Adalah Dendamku

READING AGE 16+

Arum Sari Romance

0 read

Dunia Langit runtuh berkeping-keping. Ayahnya tewas menjadi korban tabrak lari, disusul tak lama kemudian oleh kepergian ibunya. Hidupnya jungkir balik, memaksa Langit putus kuliah dan bekerja sebagai barista di Cafe Dewa demi menafkahi Mentari, adik semata wayangnya.
.
Hari-hari Langit diselimuti dendam membara kepada sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Setiap malam, ia merapalkan doa, berharap bisa melihat orang itu merasakan sakit yang sama, yakin bahwa karma itu nyata dan akan segera datang.
.
Namun, demi sang adik pula, Langit bertekad untuk bangkit. Ia meninggalkan kehidupannya yang keras dan menyembunyikan identitas aslinya sebagai Naga Langit. Tak ada lagi yang lebih ia inginkan selain melihat Mentari mencapai cita-citanya.
.
Ketenteraman Langit terusik ketika ia menyelamatkan Malia, seorang wanita depresi yang berniat melompat dari gedung tinggi tempat Langit bekerja. Tak disangka, Malia adalah putri pemilik gedung. Malia pun jatuh hati pada Langit, dan dengan segala cara ia berusaha menaklukkan sikap Langit yang acuh dan dingin. Malia percaya Langit adalah takdirnya, pria yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan hidupnya, membantunya bangkit dari masa lalu kelam, dan yakin seyakin-yakinnya bahwa Langit adalah jodohnya.
.
Namun, saat benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya, sebuah rahasia kelam mulai terkuak. Rahasia yang menjadi alasan di balik takdir yang menimpa, dan jawaban atas doa-doa yang dari hati yang penuh luka.
.
....
.
Seketika itu pula Langit terpaku. Ditatapnya Malia tak percaya, seolah dunia di sekelilingnya berhenti berputar. Dadanya terasa begitu sesak, hatinya sakit seperti dihujam sebuah pedang. Kedua bibirnya bergetar, menahan kata yang tak bisa terucap. Tak pernah ia merasa serendah ini di hadapan seorang wanita, selain Sang Ibu. Ia tak mengerti dan tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya kini. Ia sudah tak sanggup lagi. Ini memang terlalu berat baginya. Tanpa berkata apa-apa, ia pun berbalik dan berjalan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Malia yang masih berdiri dengan kemarahannya yang belum sirna.
.
Beberapa saat kemudian, terdengar pintu kamarnya diketuk pelan. Perlahan, Mentari membuka pintu kamar yang tak terkunci itu. "Dia sudah pulang," ucapnya pelan, menjawab pertanyaan yang terpancar jelas di wajah sang Kakak.
.
Mentari lalu menghampiri Langit, menatapnya dengan tatapan sendu. "Benar apa yang dibilang Kak Malia, Mas? Mas... dibayar buat pacaran sama dia?" Tanyanya dengan suara terbata, matanya mulai berkaca-kaca.
.
Langit menundukkan kepalanya dengan malu, menahan air matanya agar tak menetes. Bukan Malia yang membuatnya ingin menangis, tapi melihat Mentari yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca membuat hatinya sangat hancur. Mentari pasti sudah menganggapnya begitu rendah.
.
"Mas...?" Tanya Mentari lagi, suaranya sedikit bergetar.
.
Tapi Langit tetap diam. Ia tak sanggup menjawabnya, bahkan hanya untuk melihat wajah Sang Adik.
.
"Apa ini semua demi aku?" Mentari mencoba menahan isaknya, suaranya hampir tak terdengar. Ditatapnya lebih dekat wajah Langit yang masih tertunduk, matanya sudah berkaca-kaca. Namun, Sang Kakak masih enggan untuk menjawab. Ia pun lalu beranjak pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Dan tangisnya pun pecah di sana, suara isaknya terdengar jelas oleh Langit. Memporak-porandakan hatinya.
.
Langit memejamkan kedua matanya. Seketika air matanya mengalir deras, membasahi pipinya. Hatinya dipenuhi penyesalan. Harusnya ia memang tidak melakukannya. Harusnya ia tidak menerima tawaran itu. Ia pun lalu beranjak bangun, berjalan masuk ke dalam studio lukisnya. Diambilnya kembali lukisan terakhir Ayahnya, yang selalu mengingatkannya pada luka lama. Dan ia kembali memeluknya erat dalam d**a. Dibiarkannya air matanya tumpah di sana, membasahi kanvas. Ia kembali menangisi kedua orang tuanya, meratapi nasibnya yang terasa begitu berat. Dan kembali merapalkan doa penuh dendam kepada orang yang telah menghancurkan keluarganya, sebuah janji yang terukir dalam setiap tetes air matanya.

Unfold

Tags: HEbraveblue collardramabxgoffice/work place
Latest Updated
Akhir Perjalanan

Sebulan kemudian...

Di sebuah ruangan kecil di sudut Mario Café, Malia berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putihnya. Wajahnya yang dirias tampak merona, namun matanya memancarkan campuran rasa bahagia, haru, dan sedih bercampur jadi satu. Ia bahagia karena sebentar lagi akan mengikat janji suci dengan Langit, t……

Comment

    Navigate with selected cookies

    Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

    If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.