Islam Masuk Betawi
Share:

Islam Masuk Betawi

READING AGE 16+

Aji Setiawan1978 Steamy Stories

0 read

SEJARAH ISLAM MASUK BETAWI Oleh: Aji Setiawan Abstraksi Di Batavia dahulu, Orang Selam adalah sebutan pembeda orang Betawi dari kelompok etnis lain. R. A. Sastradama, seorang turis lokal dari Surakarta yang berkunjung ke Batavia tahun 1870 menuturkan bahwa pendudukan kota itu umumnya menyebut diri orang Selam. Istilah Selam adalah pengucapan lokal untuk kata Islam. Suku/etnis Betawi adalah salah satu suku/etnis yang ada di Indonesia, dan diyakini sebagai penduduk asli wilayah Jakarta dan sekitarnya. Meskipun secara geografis mereka penduduk pulau Jawa, namun secara sosio-kultural mereka lebih dekat dengan Melayu. Key word; ulama, habaib, jaringan, betawi, sunda kelapa A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, masyarakat Betawi yang dikatakan sebagai warga asli Jakarta ini sebagian besar sudah terpinggirkan dari pusat-pusat kota Jakarta akibat pembangunan.

Kebanyakan masyarakat Betawi kini meninggali wilayah Jakarta pinggiran dan sekitarnya seperti Depok, Tanggerang, Bekasi, atau Parung. Selain karena pembangunan besar-besar di Jakarta yang menyebabkan tempat tinggal masyarakat Betawi tergusur, banyaknya pendatang dari luar Jakarta ikut memberikan pengaruh atas memudarnya kebudayaan Betawi di Jakarta.

Namun, jika kita telisik lebih jauh lagi ternyata etnis Betawi ini sendiri memiliki sejarah yang panjang sebagai warga asli tanah Jakarta. Selain itu mereka juga memiliki kebudayaan dan kearifan lokal tersendiri yang menjadi ciri khas mereka yang menambah keragaman Bangsa Indonesia. Agama Islam sendiri memberikan warna yang cukup banyak dalam kehidupan masyarakat Betawi. Karena itu nilai-nilai ajaran agama Islam pun sering kali mempengaruhi suatu kebudayaan orang Betawi.

B.Sejarah dan Asal-Usul Orang Betawi

Para ahli memiliki kesulitan dalam melacak asal-usul suku Betawi ini karena kurangnya sumber dan peninggalan yang ada. Adapun kata Betawi sendiri merupakan kata turunan dari kata Batavia, sebutan kota Jakarta pada masa Kolonial Belanda yang diberikan oleh J. P. Coen. Selanjutnya, orang-orang yang tinggal di Batavia disebut Betawi. Dalam konteks ke-Jakarta-an etnis Betawi jelas merupakan penduduk Jakarta dengan ciri-ciri bahasa, budaya, dan adat-istiadat yang berbeda dari pendatang lainnya.

Menurut pendapat Ridwan Saidi, orang-orang asli Betawi sudah ada sejak sebelum kedatangan bangsa Barat, meskipun saat itu kata Betawi belum dikenal, namun sudah ada orang-orang yang tinggal di daerah yang sekarang disebut kota Jakarta itu. Pendapat ini diambil oleh Ridwan Saidi atas beberapa alasan, pertama menurut Prof. Slamet Mulyana, mengungkapkan bahwa di daerah Condet, Jakarta Timur telah ditemukan kapak genggam dari zaman neolithikum. Hal ini memberikan bukti bahwa kawasan Condet sudah ada hunian sejak zaman pra-sejarah (Saidi, 2004: 4).

Kedua, adanya prasasti Tugu yang berasal dari abad ke-5 M yang ditemukan di simpang tiga Kramat Tunggak, Tanjung Priok. Batu ini berasal dari zaman Tarumangera, oleh orang-orang berbahasa Croel disebut sebagai Tugu, tapi orang Betawi menyebutnya sebagai Tunggak, dan sebagian masyarakat menganggap batu ini keramat, maka disebutlah daerah itu Kramat Tunggak. Dalam prasasti Tugu ini disebutkan tentang penggalian Sungai Chandrabagha oleh Raja Purnawarman.

Pada tahun ke-22 pemerintahan Raja Purnawarman digali pula Sungai Gomati sampai ke Laut dan dikerjakan selama 21 hari. Setelah selesai, diadakan upacara besar dan Raja menghadiahkan 100 ekor lembu kepada rakyat dan para Brahmana. Jadi saat masa Tarumanegara itu sudah banyak orang-orang atau komunitas masyarakat, terbukti dengan adanya upacara penghormatan yang dilakukan oleh Purnawarman itu, dan juga tentu para pekerja yang juga banyak untuk menggali sungai yang panjang tersebut (Saidi, 2004: 5).

Ketiga, bahwa nama-nama seperti Angke, Ancol, dan Kalimati berasal dari khazanah purba yang berasal dari bahasa Sansakerta, atau mengimitasi dari nama-nama tempat di India. Misalnya nama Angke berasal dari bahasa Sansakerta yakni Ankee yang artinya air yang dalam. Sedangkan Ancol juga asalnya adalah dar bahasa Sansakerta yang artinya air yang menggenang (Saidi, 2004: 6).

Hingga abad ke-10, sudah ada pembentukan komunitas baru yang membentuk suatu etnis baru hasil dari proses asimilasi orang-orang yang awalnya berbahasa Sunda Kuno dengan pendatang bar

Unfold

Tags: others
Latest Updated
Sejarah Islam Masuk Betawi
SEJA
Comment

    Navigate with selected cookies

    Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

    If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.