Yumna berdiri mematung setelah membuka handel pintu, senyumannya perlahan pudar ia terkejut saat menyaksikan suaminya sedang berbagi selimut dengan wanita lain. Suara desahan keduanya membuat Yumna bergidik ngeri, samar- samar Yumna mendengar percakapan Mereka.
" Sayang, kamu ga takut istri kamu tahu tentang kita? " Tanya si perempuan.
" Tenang aja, dia itu gadis lugu dan bodoh. Kalaupun kita ketahuan aku tinggal minta maaf aja sama dia, baik-baikin dia lagi dan bicara manis pasti dia juga memaafkan aku. " jawab Rio dengan santai.
" Kamu ga takut kalau dia pergi tinggalin kamu? "
" Dia pergi? Pergi kemana? Dia itu wanita yang ga berguna, dia ga diharapkan dimana pun. Bahkan orang tuanya saja menjual dia kepada keluargaku dulu! jadi kamu tenang aja beb! " Setelah selesai berbicara ia kembali menubruk wanita di sampingnya itu.
Yumna yang melihat dan mendengar semuanya tak kuasa menahan sesak, tak ingin lebih sakit hati ia memilih berbalik dan meninggalkan mereka. Yumna berlari terburu- buru keluar dari hotel bintang lima sambil berurai air mata, ia tak memperdulikan banyak pasang mata yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Ia berlari ke parkiran mobil mencari mobil milik sahabatnya.
Ia berjalan mendekati mobil sambil menyeka air matanya, ia tak ingin membuat sahabatnya itu panik saat melihatnya masuk ke dalam mobil.
Yumna menarik handel mobil kemudian duduk di samping bangku kemudi sambil tersenyum kecut.
" Hey kenapa kamu balik lagi? " tanya Diandra pada Yumna.
Yumna tersenyum kemudian menghela nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan gadis di sampingnya itu. " Dia sudah pulang tadi pagi. " bohong Yumna.
" Dia sudah cek out tadi pagi? Dan kamu tidak diberi tahu? " Diandra mengernyitkan dahinya kebingungan.
" Sudah ayo kita pergi, kita makan dulu di resto biasa ya. " ajak Yumna pada Diandra.
Walau masih kebingungan dan merasa aneh Diandra hanya menuruti ajakan sahabatnya itu. Sebelum memakai sabuk pengaman Diandra menatap mata Yumna lekat- lekat. Ia bisa tahu kalau gadis itu sedang berbohong bahkan jejak air matanya masih terlihat basah di ujung matanya.
Dalam perjalanan mereka tak saling berbicara, Diandra memberikan waktu untuk Yumna. Ia menahan semua rasa penasarannya agar gadis itu merasa sedikit lebih tenang.
***
Setelah selesai makan mereka kembali masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan.
" Ra kayanya aku mau cerai aja deh sama Rio. " celetuk Yumna menatap Diandra yang masih fokus menyetir mobil.
Diandra yang merasa kaget mendadak menginjak rem secara mendadak, membuat mereka sama- sama terbentur ke depan.
" Hah? Kenapa Na? Rio kenapa? Bukankah kalian baik- baik saja? " tanyanya pura- pura padahal dia sudah tahu apa yang dialami sahabatnya itu.
" Aku rasa kita memang sudah tidak cocok saja Ra. " lagi- lagi Yumna berbohong.
" Na, kamu engga usah bohong. Jangan bilang kamu tadi memergoki dia lagi.... " sadar Diandra cepat- cepat menutup mulutnya.
Yumna hanya diam saja perlahan bayangan Mario yang sedang memadu kasih dengan wanita lain terus berputar dalam ingatannya, kata- kata yang menyayat hatinya kembali terngiang-ngiang di telinganya. Ia menutup telinga dan menggelengkan kepalanya agar semua itu hilang namun percuma semua tidak dapat hilang malah semakin berputar dalam ingatannya, hingga tanpa sadar Yumna berteriak frustasi.
" Dosa apa yang telah ku perbuat hingga mendapat karma seperti ini?! Kita sudah menikah kamu malah selingkuh bahkan tidur dengan wanita lain. Dasar lelaki b***t! " teriaknya dengan frustasi.
Diandra yang mendengarnya ikut geram, ia bisa merasakan bertapa sakit hatinya Yumna yang memergoki suaminya sedang berbagi ranjang dengan wanita lain dengan mata kepalanya sendiri.
" Ayo kita kembali ke hotel! " Diandra kembali mengemudi kemudian berbalik arah.
Setelah emosinya Kembali stabil dan dia sadar kalau sahabatnya itu kini berbalik kembali menuju hotel Yumna panik dan berusaha mencegah Diandra.
" Ra. Jangan! Kita hanya akan mendapatkan malu kalau sampai kembali. " ucap Yumna berusaha mencegah Diandra kembali.
Diandra yang sedang emosi tak menggubris ucapan Yumna ia malah semakin menginjak pedal gas, spedometer menunjukan angka seratus sepulu kilometer per jam.
" Ra stop, jangan ngebut gini bawa mobilnya bahaya! Diandra. " Yumna mengingatkan gadis itu untuk mengurangi kecepatannya.
" Diam, kalau aku ga ngebut dia udah engga ada di hotel dan kita engga akan punya bukti kalau dia udah selingkuh! " jawab diandra setengah berteriak.
" Tapi Ra ini bahaya. " Yumna berusaha berpegangan pada hand grip saat badannya terguncang.
Diandra tak menggubris teriakan sahabatnya itu.
Naas saat hendak menyalip mobil di depannya ternyata Diandra hilang kendali dan mobilnya terbentur dengan pagar pembatas jalan, kemudian mobil mereka berputar arah sebelum kemudian terbalik.
Diandra terkapar tak sadarkan diri, darah segar mengucur dari kepala Diandra . Sementara Yumna yang masih sadar berusaha meminta pertolongan dengan sisa tenaga yang ia punya.
" Tolong! Siapapun tolong kami! " dengan suara pelan dia meminta pertolongan.
" Tolong!!!! " Sekali lagi Yumna berusaha berteriak sambil menahan sakit di tubuhnya.
Samar- samar Yumna melihat seseorang yang mendekati Mereka.
" Tolong, tolong selamatkan dia. Dia terluka dan pingsan. " ucapnya lirih sambil menunjuk Diandra yang tak bergerak.
Sudah banyak orang yang ikut membantu mereka, Diandra dibantu untuk dikeluarkan lebih dahulu dari mobil. Sementara Yumna berusaha melepas sendiri safe belt yang ia pakai dengan sisa tenaganya.
Nahas belum sempat Yumna keluar, mobil itu malah meledak dan membuat semua orang yang menolong tak berani mendekati.
***
Seorang lelaki yang sedang memimpin rapat terlihat duduk tak tenang, entah kenapa hatinya merasakan firasat yang buruk hingga akhirnya tangannya menyenggol gelas berisikan air putih di sampingnya sampai pecah berkeping- keping.
Ia memundurkan kursinya sambil memegangi dadanya yang semakin tak karuan.
" Rapat kita tunda sepuluh menit! " ucapnya sambil berdiri, tanganya mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.
Angga yang sudah merasa tak nyaman segera keluar ruangan sambil berusaha menghubungi seseorang dengan ponselnya. Dengan wajah gusar ia terus berusaha melakukan panggilan pada seseorang. Tak kunjung mendapat jawaban akhirnya ia pergi menuju toilet .
" Kemana anak itu pergi? Sampai tak menjawab teleponku?! " ia berbicara sendiri sambil menatap cermin di depannya.
" Ibu, aku harus telepon ibu. " ujarnya saat mengingat sang ibu.
Setelah mencuci muka dan mengelap air di wajahnya ia segera keluar kamar mandi dan menelpon sang ibu.
" Bu Rara belum pulang? Kemana dia? "
" Oh, aku telepon dari tadi ga diangkat sama dia. Aku hanya khawatir Bu. " jawabnya serius.
" Baiklah kalau sudah pulang tolong kabari ya Bu, aku masih ada meeting sampai sore. Oke bye ibu. " menutup panggilan teleponnya.
" Kenapa ya hati ini terasa tak tenang sekali. " gumamnya pelan sambil berjalan kembali.
Setalah merasa tenang ia kembali masuk ke dalam ruangan dan kembali memimpin rapatnya yang sempat ia tunda tadi.
***
Di lorong rumah sakit suster berlari untuk menjemput Pasien yang baru saja turun dari ambulans, seorang wanita terbaring tak sadarkan diri di dorong masuk kedalam ruang IGD menggunakan brankar . Dilihat dari kondisinya yang berlumuran darah terlihat sangat parah. Di belakang terlihat brankar lain menyusul mengikuti ke dalam IGD.
Setelah sampai di ruangan IGD salah satu dokter berteriak. " Korban yang ini napasnya sudah berhenti! "
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.